Minggu, 16 Oktober 2011

Filsafat


BAB I
FILSAFAT, PEMIKIRAN FILSAFAT,
DAN PRODUK PEMIKIRAN FILSAFAT

Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungan merupakan pontensi dasar yang memungkinkan manusia berpikir, dengan berpikir manusia mampu melakukan perubahan dalam dirinya. Dengan demikian kemampuan untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok yang terkandung didalam kegiatan berpikir dan pengetahuan. Berpikir dan pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi ciri keutamaan manusia tanpa pengetahuan manusia akan sulit berpikir atau sebaliknya tanpa berpikir pengetahuan lebih lanjut tidak dapat tercapai.


 








            Gerak dari pola perpikir dan pengetahuan ini akan bergerak sirkuler, mengingat pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatif, sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin rumit aktivitas berpikir dan demikian juga senakinrumit aktivitas berpikir semakin kaya akumulasi pengetahuan. Dari semakin rumitnya dua hal ini semakin memungkinkan untuk melihat pola umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu, sehingga lahirnya pengetahuan ilmiah (ilmu). Disamping itu terdapat pula orang-orang yang tidak puas dengan mengetahui akan mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara radikal dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat. Oleh karena itu berpikir dan pengetahuan dilihat dari prosesnya dapat dibagi ke dalam tiga pola berpikir yaitu:


 







Setiap berpikir dan pengetahuan tersebut memiliki posisi dan manfaat yang masing-masing, perbedaan tersebut hanyalah bersifat gradual, sebab semuanya tetap merupakan sifat inheren dengan manusia. Dari sifat inheren berpikir dan berpengetahuan yang ada pada manusia telah menjadi pendorong upaya-upaya untuk lebih memahami kaidah-kaidah berpikir yang benar (logika). Oleh sebab itu serendah apapun gradasi berpikir dan berpengatuan yang dimiliki seseorang tetap saja mereka menggunakan akalnya untuk berpikir untuk memperoleh pengetahuan terutama dalam mempertahankan hidupnya (pengetahuan tersebut adalah pengetahuan eksistensial).


 







Paling tidak dua alasan mengapa manusia memerlukan pengetahuan/ilmu:
1.                           Manusia tidak bisa hidup dalam alam yang belum terolah, sementara binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan bawaannya
2.                           Manusia merupakan mahluk yang selalu bertanya baik implisit maupun ekplisit dan kemampuan berpikir serta pengetahuan merupakan sarana untuk menjawabnya.
Dengan demikian pengetahuan/ilmu sangatlah penting. Jadi segala sesuatu dibutuhkan pemikiran ataupun berpikir, dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berpikir dalam filsafat bukan sembarang berpikir namun berpikir radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berpikir tetapi tidak setiap kegiatan berpikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berpikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berpikir yang berfilsafat.

FILSAFAT
1. Etimologi
Falsafah (Arab), Phylosophy (Inggris), Phylosophia (Latin), Phylosophie (Jerman) yang semua itu berasal dari istilah Yunani yaitu Phylosophia. Istilah tersebut dibagi lagi menjadi Philien (mencintai) dan Philos (teman), Sedangkan Shopos (bijaksana), Shopia (kebijaksanaan). Menurut Phytagoras itu berarti Pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom).
2. Terminologi
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki  segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal  sampai pada hakekatnya. Oleh karena itu filsafat selalu mencari kebenaran yang hakiki yang diperoleh secara kritis, terbuka, toleran dan komprehensif.
3.  Subtansial
Filsafat berarti mencari kebenaran. Filsafat dipandang dari dua sisi, sisi sempit dan sisi luas. Dari sisi sempit filsafat berarti “Berfilsafat”. Berfilsafat  dengan menggunakan criteria-kriteria atau pola pikir kefilsafatan. Cara memandang filsafat dari sisi sempit ini melahirkan para filsuf (orang yang berfikir filsafat). Sisi luas, filsafat berarti berfilsafat untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam persolan hidup yang hanya terbats pada dimensi ruang dan waktu.
Filsafat adalah berfikir dengan melibatkan seluruh panca indera untuk menemukan kebenaran atau mengkaji sebuah jawaban atas pertanyaan dari gejala-gejala yang muncul melalui pemikiran secara radikal, universal, koseptual, kohenren dan konsisten, sistematik, komperhensif, bebas dan bertanggung jawab dengan metode-metode yang terkonsep.

CIRI-CIRI FILSAFAT
Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Menurut Sutan Takdir alisjahbana syarat-syarat berpikir yang disebut berfilsafat yaitu : a) berpikir dengan teliti, dan b) berpikir menurut aturan pasti. Dua ciri tersebut menandakan berpikir insaf dan berpikir yang demikian yang disebut berfilsafat. Sementara itu Sidi Gazalba (1976) menyatakan bahwa ciri ber-filsafat atau berpikir filsafat adalah radikal, sistematik, universal.



 










            Sehingga dari hal objek ataupun objek yang dikaji maka menimbulkan pemikiran-pemikiran sesuai dengan objek apa yang dikaji perbedaan itu bisa dilihat dari alur mana mereka berpikir atau secara apa mereka berpikir, bisa menggunakan alur rasionalnya (thinking), empiriknya (sensing), intuisinya (feeling), kepercayaannya (believing), atau bahkan keempat-empatnya. Tidak masalah alur mana yang digunakan asalkan dapat dipertanggungjawabkan.


PRODUK PEMIKIRAN FILSAFAT
Berfilsafat timbul karena adanya sesuatu hal yang dipikirkan atau dipertanyakan terhadap sesuatu hal atau objek, bahkan bisa saja karena adanya keheran terhadap objek di sekeliling kita. Dari hal-hal tersebut maka seseorang akan mencari jawaban dari pertanyaan atau rasa keheran secara mendalam sampai hal tersebut terjawab sesuai dengan kepuasan yang diinginkan, didalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu pola berpikir agar pertanyaan tersebut terjawab dan hasil jawaban itu dapat dipertanggungjawabkan, seperti halnya di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terjawab jikalau tidak ada pemikiran/berpikir serta pengetahuan yang ilmiah dalam menjawab sehingga dibutuhkan suatu ilmu dalam menjawab sehingga dapat dikatakan bahwasanya produk dari pemikiran filsafat adalah ilmu serta ilmu tersebut akan muncul cabang-cabang ilmu yang lain yang mebidangi dari setiap permasalahan yang dikaji. Hal tersebut lebih jelasnya dapat digambarkan dengan skema wilayah filsafat seperti di bawah ini:
 




















Gambar Skema Wilayah Filsafat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar