Kamis, 28 Juli 2011

Nilai Sosial Novel Ketika Cinta Bertasbih


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sastra merupakan bentuk kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah teks yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan. Istilah „sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan. Hal ini berarti bahwa sastra merupakan gejala yang universal (Jabrohim (ed), 2003 : 9).
Sebagai wujud seni budaya, sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan pengejawantahan kehidupan sebagai hasil pengamatan sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya. Dalam kaitannya dengan sastra pada umumnya orang sepakat bahwa sastra dipahami sebagai satu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Jadi, bahan merupakan karakteristik sastra sebagai karya seni. Namun, pertanyaan demikian belum akan menjawab secara memuaskan tentang apakah sastra itu. Sebagai satu sistem, sastra merupakan satu kebulatan dalam arti dapat dilihat dari berbagai sisi. Di antaranya adalah sisi bahan. Elis (dalam Jabrohim (ed), 2003: 10) mengemukakan tentang konsep sastra bahwa (teks) sastra tidak ditentukan oleh bentuk strukturnya tetapi oleh bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Ini menunjukkan pengertian bahwa bahasa yang dipakai mengandung fungsi yang lebih umum daripada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil dari imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba mengahasilkan pandangan dunianya (vision du monde) kepada subjek kolektifnya. Signifikansi yang dilaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di sekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu. Keberadaan sastra yang demikian itu, menjadikan sastra dapat diposisikan sebagai dokumen sosialnya (Jabrohim (ed), 2003: 59).
Di antara genre utama karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, di antaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, b) bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna, 2006: 335-336).
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin masyarakat (Endraswara, 2003: 77). Sosiologi sastra diterapkan dalam penelitian ini karena tujuan dari sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan dalam hal ini karya sastra dikonstuksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra bukan semata-mata merupakan gejala individual tetapi gejala sosial (Ratna, 2003: 11).
Kelebihan Novel Ketika Cinta Bertasbih merupakan novel yang mengajarkan kepada pembaca untuk mencintai ilmu agama, kehidupan masyarakat yang bersahaja, dan selalu terbuka kepada segala kemungkinan ketika Allah telah menghendaki (Salma, 2009: Diakses 22 Februari 2010). Dalam novel ini diceritakan bagaimana para tokohnya menjalani hidup dengan selalu berpedoman pada Al-Quran dan Al Hadist. Selain itu para tokoh dalam cerita ini juga bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling menyayangi walaupun terdapat perbedaan suku, budaya dan kelas sosial.
B.     Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Di dalam penelitian ini permasalahan dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana struktur yang membangun novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy ?
2.      Bagaimana masalah-masalah sosial dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy dengan tinjauan sosiologi sastra?
C.    Tujuan Penelitian
Agar penelitian tercapai dengan baik dan memuaskan, maka harus ada tujuan yang jelas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
2.      Mendeskripsikan masalah-masalah sosial dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy dengan tinjauan sosiologi sastra.
D.    Landasan Teori
1.      Pendekatan Strukturalisme
Pendekatan struktural di bidang bahasa yang dikemukakan (Saussure dalam Suryabrata, 2004: 15) dapat diterapkan dan dijadikan model untuk pedekatan ilmu-ilmu lain. Sementara itu, metode analisis struktural karya sastra bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw dalam Suryabrata, 2004: 16-17). Unsur-unsur karya yang dimaksud dapat saja berupa karya sastra prosa, puisi, dan sebagainya, baik lisan maupun tulis. Unsur-unsur karya sastra prosa meliputi tema, alur, penokohan, latar, tegangan dan padahan, suasana, pusat pengisahan, serta gaya bahasa, sedangkan unsur-unsur karya sastra puisi meliputi tema, daya bayang, rima dan irama (Suharianto dalam Suryabrata, 2004: 17).
Analisis struktural bukanlah penjumlahan unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra, tetapi yang terpenting adalah sumbangan yang diberikan oleh masing-masing unsur dalam menghasilkan makna atas keterkaitan dan keterjalinan antara beberapa tataran fonik, morfologis, sintaksis dan semantik (Teeuw dalam Suryabrata , 2004: 17).
Satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunannya yang saling berjalinan (Pradopo, 2002: 6).
Analisis struktural merupakan cara kerja pertama yang dilakukan dalam penelitian sastra sebelum diterapkannya analisis yang lain. Tanpa analisis struktural tersebut, kebulatan makna instrinsik yang dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Unsur-unsur karya sastra hanya dapat ditangkap, dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur-unsur instrinsik dalam keseluruhan karya sastra (Teew dalam Suryabrata , 2004: 16).
2.      Teori Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi, bahkan dianggap sebagai involusi. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang merupakan asal-usulnya. Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan lain maka dilakukan pengembalian karya sastra di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan.
Fungsi sosial sastra menurut Watt (Endraswara, 2003: 81) akan berkaitan dengan pertanyaan: seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial. Dalam hal ini ada tiga hal yang perlu diungkap: (a) sudut pandang kaum romantik yang menganggap sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi, dalam pandangan ini tercakup wawasan agar sastra berfungsi sebagai pembaharu atau perombak; (b) sudut pandang bahwa karya sastra bertugas sebagai penghibur belaka; (c) semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam slogan klasik sastra harus mengajarkan ke suatu dengan jalan menghibur.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Unsur-Unsur Intrinsik
Apresiasi Berdasarkan Unsur-Unsur Intrinsik :
1.      Tema
“ Perjuangan hidup untuk mengapai kebahagiaan”
2.      Setting / Loka
Dalam novel ini tempat yang dipakai penulis untuk mengisi ceritanya terletak di Cairo, di Desa Kartasura, Desa Wangen jawa.
3.      Perwatakan / Krakter
a.      Anna Althafunnisa ; Seorang gadis yang sangat sempurna dimata semua orang, selain pintar dan cantiknya, dia juga mempunyai budi pekerti yang baik.
b.      Khairul Azzam ; Seorang Pemuda yang bertanggung jawab terhadap keluarga dan atas setiap perbuatannya dan menjadi suami dari Anna Althafunnisa.
c.       Furqan Andi Hasan ; Seorang pemuda yang pernah menjadi suami I Anna dan bercerai karena suatu masalah yang sangat serius.
d.      Kiai Lutfi ; Seorang Ayah yang sangat bertanggung jawab atas perbuatannya dan dapat menjadi panutan bagi masyarakat.
e.       Ayatul Husna ; Gadis yang sangat menyayangi keluarganya dan menjadi perantara yang mempertemukan Anna dengan Azzam ketika di Indonesia
4.      Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu-kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Sebuah cerita merupakan rangkaian peristiwa. Peristiwa yang dirangkaikan tersebut adalah susunan peristiwa yang lebih kecil. Rangkaian kejadian itu tidak hanya disusun berdasarkan komposisi cerita melainkan bergerak berdasarkan hubungan sebab akibat.
Dengan demikian Teknik pengaluran menurut Sudiro Satoto (1992: 27-28) ada dua yaitu, dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari tahap awal, tahap tengah atau puncak, dan tahap akhir terjadinya peristiwa, yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atu puncak, dan berakhir pada tahap awal. Tahap progresif bersifat linear, sedangkan teknik regresif bersifat non linear. Bukti, Pertama dalam novel itu diceritakan tentang kehidupan Anna dan perjuangan Azzam mencari calon istri. Kedua dalam novel ini juga diceritakan kehidupan Anna sewaktu kecil. Selain itu masih banyak bukti yang lain.
a)      Latar Kejadian
-          Selepas magrib, bukti … selepas magrib ia mengajak Furqan jalan-jalan keliling kota Solo……
-          Pagi hari kira-kira pukul sepuluh. Bukti, Pagi itu kira-kira pukul sepuluh jenazah Pak Masykur dikebumikan.
-          Siang hari di Pesantren Wangen. Bukti: Dan siang hari itu Pesantren Wangen menggelarar acara besar yang berbeda dari hari-hari biasa.
b)      Latar Sosial
-          Sedih, bukti Bu Masykur terus meraung. Bu Mahbub yang tak lain adalah kakak kandung Bu Masykur  mencoba manghibur dan menenangkannya……
-          Indah, bukti …Dari desa Wangen, panorama gunung Merapi sangat jelas dan memukau.
-          Gemuruh, Bukti: begitu husna selesai bicara tepuk tangan ribuan santri bergemuruh beberapa saat lamanya.
-          Bahagia, bukti: Ayah dan ibunya sangat bahagia dengan keberhasilan studinya.
-          Sepi, bukti : Dan kini ia merasa dunia begitu sepi dan sunyi.
-          Hening, bukti: Suasana menjadi hening seketika, mata Husna menjadi berkaca-kaca. Haru, bukti: Husna menangis terisak-isak dalam pelukan kakaknya tercinta.
-          Senja hari, bukti : sinar matahari yang kekuning- kuningan perlahan mulai pudar.
5.      Sudut Pandang
Dalam novel ity penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena penulis menceritakan tokoh dengan menyebutkan namanya dengan nama panggilan atau menggunakan kata ganti orang ketiga.pengarang seakan- akan berdiri di luar pagar. Pengarang tidak memegang paranan apapun. Ia hanya menceritakan apa yang terjadi diantara tokoh-tokoh cerita yang dikarangnya.
6.      Gaya Bahasa
Adapun gaya bahasa yang digunakan yaitu asosiasi, hiperbola, sinisme, dan metonimia.
7.      Amanat
a.       Tanggung jawab anak sebagai kepala keluarga.
b.      Semangat perjuangan hidup.
c.       Menyampaikan pesan kesederhanaan.
d.      Perjuangan mencari cinta yang mengharap ridha Allah semata.
B.     Masalah Sosial
Masalah sosial adalah suatu kehidupan masyarakat yang sebelumnya normal menjadi terganggu akibat perubahan pada unsur-unsur dan kepentingan masyarakat (Syani 2002:182).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:719) masalah adalah suatu persoalan yang harus diselesaikan (dipecahkan jalan keluarnya), sedangkan sosial (2001:1085) adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kemasyarakatan. Jadi masalah sosial adalah persoalan yang mengganggu pikiran manusia yang berkenaan dengan masyarakat. Menurut
Menurut Soerjono Soekanto (dalam Antok,2008) masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Menurut Syani (2002: 188), di dalam kehidupan bermasyarakat sering ditemui beberapa masalah sosial yang antara lain sebagai berikut.
1)      Masalah Kriminalitas
Tumbuhnya kriminalitas disebabkan oleh adanya berbagai ketimpangan sosial, yaitu adanya gejala-gejala kemasyarakatan, seperti krisis ekonomi, adanya keinginan-keinginan yang tidak tersalur, tekanan-tekanan mental, dendam dan sebagainya.
2)      Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan merupakan suatu sumber masalah sosial yang penting, oleh karena pertambahan penduduk dapat menghambat dalam pelaksanaan pembangunan, terutama jika pertambahannya tersebut tidak dapat terkontrol secara efektif.
3)      Masalah Kemiskinan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya. Menurut Emil Salim (dalam Syani, 2002: 190), bahwa kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

4)      Masalah Pelacuran
Pelacuran merupakan masalah sosial yang cukup besar pengaruhnya bagi perkembangan moral.
5)      Masalah Lingkungan Hidup
Oleh karena manusia merupakan faktor yang dominan, maka sasaran telah tertuju pada pengaruh timbal balik antara manusia dengan lingkungan dalam berbagai aspeknya. Adanya pengaruh timbal balik tersebut, kemudian dapat menimbulkan masalah-masalah, baik itu masalah lingkungan sosial, lingkungan biologis, maupun lingkungan fisik.


BAB III
P E N U T U P

A.    Kesimpulan
1.      Teknik pengaluran menurut Sudiro Satoto (1992: 27-28) ada dua yaitu, dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari tahap awal, tahap tengah atau puncak, dan tahap akhir terjadinya peristiwa, yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atu puncak, dan berakhir pada tahap awal.
2.      Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
3.      Menurut Syani (2002: 188), di dalam kehidupan bermasyarakat sering ditemui beberapa masalah sosial yang antara lain sebagai berikut.
a.       Masalah Kriminalitas
b.      Masalah Kependudukan
c.       Masalah Kemiskinan
d.      Masalah Pelacuran
e.       Masalah Lingkungan Hidup
B.     Saran
Fenomena kereligiusan di dalam suatu karya sastra yang hadir dalam novel akan memiliki arti jika pembaca mampu memberikan interpretasi dan ini berarti ia memiliki bekal tentang nilai religius yang mewadai pengetahuan pembaca. Oleh karena itu, kita perlu banyak memahami lebih banyak nilai-nilai yang terkandung dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih guna mewarnai hidup kita.

2 komentar:

  1. mau tanya yg menurut syani ,yg di dalam kehidupan bermasyarakat sering ditemui beberapa masalah sosial yang antara lain sebagai berikut.
    1) Masalah Kriminalitas
    2)masalah kependudukan
    3) masalah kemiskinan
    4pelacuran
    lingkungan hidup

    ini dari buku apa ya ?

    BalasHapus
  2. Kunjungi http://biasaajanoff.blogspot.com

    BalasHapus